Minggu, 03 April 2011

Surat Untuk Nisa (a short story)

Nisa sayang, apa kabar?
Maaf aku baru bisa menulis untukmu sekarang. Aku sangat sibuk. Banyak sekali yang harus aku kerjakan di kantor. Tapi hari ini aku menulis untukmu, karena aku rindu padamu. Aku selalu merindukanmu. Sesuatu terjadi siang ini, dan hal itu membuatku semakin rindu padamu.
Sudah empat tahun kita tidak bertemu. Waktu itu tidak akan pernah bisa menghapus semua ingatanku akan dirimu dan segala yang kita lakukan bersama dulu. 

Ingat sewaktu kita duduk di bangku SD, kita selalu pulang bersama-sama, kau bahkan rela menungguku berjam-jam ketika guru kelasku memutuskan untuk memberikan pelajaran tambahan sepulang sekolah? Setelah itu aku akan membelikanmu es krim dan kita pulang sembari menjilat es krim kita? Aku merindukan masa-masa itu.
Ingat saat kau kabur dari rumah malam itu, dan menungguku di bangku taman dekat gereja tua? Dan kau akan menangis dipelukanku sampai tertidur? Sampai sekarang aku masih datang dan duduk di bangku yang sama ketika aku merindukanmu, ketika aku ingin bertemu denganmu, seperti saat ini. Aku bahkan masih bisa melihat guratan namamu di bangku kayu ini. Kebiasaan burukmu ini ternyata berguna bagiku jika aku merindukanmu.
Nis, besok bapak dan ibu akan menjalani sidang perceraian yang terakhir. Siang ini ibu meneleponku. Ibu memintaku datang ke persidangan besok karena putusan hakim akan dibacakan besok. Segalanya akan berakhir besok Nis. Pertengkaran ibu dan bapak, perlakuan kasar bapak kepada ibu, semuanya akan segera berakhir Nis. Seandainya kamu bisa lebih bersabar sedikit sayang, kita akan bisa hidup bersama dan bahagia. Kau dan aku bersama ibu dan Rafi.
Aku duduk disini Nis, dan mencoba mengingat segala tentangmu. Kau memiliki segalanya. Kau anak yang paling cantik di semua kelasmu. Ingat kawan kecilmu yang selalu cemburu padamu karena semua guru selalu menyayangimu? Prita. Kau selalu mengeluhkan padaku semua perlakuan buruknya padamu di kelas. Sangat lucu. Ingat Anton yang mengirimimu cokelat batangan setiap hari? Ini selalu membuatku senang karena akulah yang selalu memakan semua cokelat-cokelat itu.
Kau juga sangat berani dan pintar. Gaya bicaramu yang cepat selalu membuat setiap orang tertarik. Walaupun ini kadang membuatku iri, namun aku tetap menyayangimu. Hatiku sakit ketika kau menangis meringkuk di pelukanku pada malam pertama ibu dan bapak bertengkar. Aku sangat terluka, terlebih ketika mengetahui kau terluka. Aku sangat menyayangimu. Kau dan Rafi adalah adik-adikku yang selalu memberiku semangat hidup.
Seandainya saja aku bisa mengerti maksudmu saat kau mengatakan akan pergi jauh Nis. Seandainya aku tahu maksudmu adalah pergi selama-lamanya, aku akan mencegahmu Nisa sayang. Tapi aku terlalu naif dan takut. Aku tidak pernah mengira kau akan menyimpan semua kepedihanmu sendirian dan nekat mengakhiri semuanya sendirian. Lupakah kau Nisa? Kau punya aku. Kau selalu punya aku dan Rafi. Dan juga ibu.
Tuhan yang tahu betapa aku merindukanmu Nis.
Aku terus berusaha bertahan karenamu. Dan aku menepati janjiku padamu. Janji terakhirku padamu. Aku tidak pernah memberitahukan surat terakhirmu pada siapapun. Aku tidak menunjukkan surat itu pada polisi yang menginvestigasi kematianmu, dan tidak juga pada ibu. Aku bisa memastikan padamu ibu tidak akan pernah tahu betapa sakit hatinya kau akan perlakuan bapak, yang menyebabkan kau hilang dari hidupku. Aku terus bertahan menahan segala rasa benci pada bapak Nis. Bagaimanapun, seperti katamu, aku tidak bisa menyalahkan bapak. Hidupmu adalah milikmu, dan pada akhirnya kau bisa menentukan sesuatu untuk hidupmu sendiri, walaupun itu berarti kau harus pergi selamanya Nisa, aku bahagia walaupun jauh di dasar hatiku aku sangat merana.
Nisa sayang, aku benar-benar terkejut hari itu. Aku sangat takut saat aku pulang dan menemukan suratmu di atas tumpukan bajuku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku ingin memelukmu dan mengatakan semuanya akan baik-naik saja. Aku pergi ke bangku taman gereja tua, tapi tidak menemukanmu disana. Saat itu aku terus mengatakan dalam hatiku bahwa kau akan baik-baik saja. Mungkin kau hanya sedih dan pergi ke rumah temanmu untuk menenangkan diri. Kini aku menyesal aku tidak sempat memberitahumu ini.
Sayang, kau bukan anak yang tidak berguna seperti yang dikatakan bapak. Kau tahu benar akan potensi yang kau miliki. Bapak seharusnya tidak mengatakan itu padamu. Aku tahu nilai burukmu itu merupakan bentuk kekesalanmu pada bapak dan ibu. Tapi kau tahu kan bapak tidak pernah sadar akan kelakuannya. Dan sampai sekarang ketika aku melihat bapak, aku merasakan kebencianmu padanya Nis. Aku tidak akan pernah memaafkan perkataannya yang membuatmu pergi selamanya, bahkan walaupun kau menyuruhku untuk memaafkannya.
Empat tahun ini aku berusaha melakukan yang terbaik Nis. Aku mendapatkan pekerjaan dengan hasil yang memuaskan. Aku menabung sedikit demi sedikit. Ketika akhirnya beberapa bulan yang lalu aku bisa membeli rumah sendiri, aku sadar inilah waktunya aku menyelamatkan ibu dan Rafi. Sesuatu yang tidak bisa kulakukan untukmu. Jika saja kau bisa lebih bersabar...
Maaf Nisa, aku tidak bisa menahan kekecewaanku pada diriku sendiri. aku tidak mampu melindungimu. Aku hanya bisa memelukmu ketika kau takut dimarahi bapak, ataupun ketika bapak bertengkar dengan ibu, atau ketika bapak mengataimu dengan kata yang tidak pantas dikatakan seorang bapak pada anaknya. Aku menyesalinya Nis. Seandainya aku bisa mengembalikan waktu kembali ke masa sebelum kau pergi. Kini aku hanya bisa berandai-andai Nis. Andai kau masih disini. Andai kau bisa menungguku pulang dan menceritakan padaku semuanya, semuanya yang membuat hatimu sakit. Andai aku tidak terlalu takut saat itu Nis, kau pasti masih ada disini bersamaku. Mungkin duduk bersamaku disini, dibangku ini.
Nis, aku selalu bertanya dalam hati, kapan kita bisa bertemu lagi. Kapan aku bisa membelikanmu es krim dan donat kentang kesukaanmu lagi. Kapan kita bisa pergi bersama ke taman ria atau ke mall. Aku rela memberikan apa saja untuk itu Nis. Kau bahkan tidak mengunjungiku dalam mimpiku. Apakah kau sudah menemukan kehidupanmu disana? Aku harap akhirnya kau menemukan hidup yang kau inginkan sayang. Hidup dimana kau yang menjadi kondekturnya, kau yang menentukan ke arah mana kau akan pergi.
Sayang, kau tahu kau memiliki arti yang besar dalam hidupku. Aku tidak akan pernah berusaha menghapusmu dari pikiranku. Kau akan selalu ada disana. Kau sudah memiliki tempat terindah di hatiku sayang. Aku akan hidup dan membahagiakan ibu dan Rafi untukmu. Semua kulakukan untukmu. Untuk kepedihanmu dan untuk rasa sakitmu. Aku tidak pernah ingin kau pergi Nis.
Nisa sayang, kau akan selalu hidup dalam ingatanku. Datanglah sesekali mengunjungiku Nis...

                                                                              Aku yang selalu menyayangimu,
                                                                                                                  Dara


Gimana nih ceritanya? Ini postingan cerita pendek pertamaku. Karena kebanyakan nonton drama mellow, jadi bikin cerita mellow nih.. hehe.. Hope you like it.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar